Rabu, 20 April 2011

percakapan poligami

Disuatu malam, saat suami istri lagi rebahan, sang suami dengan kepala bertopang tangan tiba – tiba berkata

Suami : Mah…… bolehkah aku kawin lagi ?

Istri : Terhenyak………….

Suami : Tapi aku yakin mah, aku bisa bersikap adil….

Istri : Menjerit dan bangun……… Papa, apa salahku ? Apakah aku sudah tidak menarik lagi buatmu , apakah segala yang kulakukan selama ini, sejak kita sama – sama miskin tidak ada artinya buatmu….

Suami : Bukan begitu mah, aku hanya ingin berbuat baik menolong seorang wanita yang dalam kemalangan, seorang janda yang tidak ada suaminya, untuk menghindari fitnah mah……. Bukankah Allah menganjurkan kita berbuat baik terhadap orang yang lemah ?

Istri : Sambil menangis , papa tidak mengerti perasaan wanita, mana ada wanita yang rela di madu ?!

Suami : Iya mah, tapi wanita yang tabah dan merelakan suaminya menikah lagi,
sorgalah balasannya ….. dan itu tertulis didalam Alquran mah………….

Istri : Apapun alasannya , saya tidak akan menyetujuainya…. Titik !!

Suami : Apakah mama mau tanggung resikonya , kalau papa berzinah , karena mama tau sendiri bagaimana seorang laki – laki itu

Istri : Apakah, memang dalam Islam, seorang pria betul – betul mahluk syahwat , tidak cukup hanya satu istri ? !!

Suami : Islam membolehkan mah, dan itu sudah tertulis

Istri : Darimana papa tau bisa bersikap adil ? mana ada manusia bisa adil apalagi ada yang lebih muda ? !!

Suami : Adil itu harus dilakukan sesuai kemampuan mah, adil sempurna hanya milik Allah

Isteri : bagaimana kalau aku bilang tetap tidak mau ?

Suami : Pokoknya , jangan salahkan papa kalau terjadi perzinahan yang halal (kawin siri ) karena melarangku poligami ( Dalam Hati)
Istri     : ampun deh... ya sudah cerai saja pah!!!!

komentar dari kompas.com oleh Putri Titian.

Senin, 18 April 2011

bom ulat bulu dan bom bunuh diri

BOM ULAT BULU DAN BOM BUNUH DIRI

Baru kali ini ulat bulu bikin resah gelisah, gundah gulana, duka nestapa (lebay.com), karena walaupun ulat bulu itu makhluq biasa dan berbulu tentunya.... akan sangat mengganggu bila jumlahnya ribuan dan berada di dalam rumah anda. Melihatnya saja saja sampai kegatelan sendiri, apalagi kalau ngalamin dikerubutin ulat bulu..WAAh... bisa gatel beneran deh... Wabah ulat bulu emang bikin semua orang pada bingung (plus gatel), salah seorang warga yang diwawancara mengatakan ulat bulu yang baru saja disapunya ternyata berkumpul lagi padahal ia hanya masuk ke dalam rumah beberapa menit. My father pernah cerita, dulu ada orang mau panen Jambu batu (Jambu Kelutuk-red) terus ada tukang minta2, eh malah diusir sama yang punya kebon. Nah besoknya tuh kebon dimakan ribuan ulat bulu ampe ke pohon2nya... katanya itu adzab dari TUhan....
Lalu...pertanyaannya adalah...(gaya insert investigasi)... apakah ulat bulu yang mewabah sekarang adalah Adzab dari Tuhan???? tunggu jawabannya setelah pesan2 berikut ini.... (dah cape nulisnya) to be continued.....

الله موجود بلا مكان





Allah ada tanpa tempat, karena tempat adalah ciptaan-Nya. Dialah Allah yang tidak membutuhkan sesuatu namun segala sesuatu butuh kepada-Nya. Ummat Islam Indonesia berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah, mengikuti aliran Asy’ariyyah dalam bidang akidah dan Madzhab Syafi’i dalam hukum fiqih. Berikut ini penegasan beberapa ulama Indonesia tentang akidah Ahlussunnah Wal Jama’ah:

(( 1 ))
Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al Bantani (W.1314 H/1897). Beliau menyatakan dalam Tafsirnya, at-Tafsir al Munir li Ma’alim at-Tanzil, jilid I, hlm.282 ketika ...menafsirkan ayat 54 surat al A’raf (7):

ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
Sebagai berikut:

"وَالْوَاجِبُ عَلَيْنَا أَنْ نَقْطَعَ بِكَوْنِهِ تَعَالَى مُنَزَّهًا عَنِ الْمَكَانِ وَالْجِهَةِ...".
“Dan kita wajib meyakini secara pasti bahwa Allah ta’ala maha suci dari tempat dan arah….”







(( 2 ))

Mufti Betawi Sayyid Utsman bin Abdullah bin ‘Aqil bin Yahya al ‘Alawi. Beliau banyak mengarang buku-buku berbahasa Melayu yang hingga sekarang menjadi buku ajar di kalangan masyarakat betawi yang menjelaskan akidah Ahlussunnah Wal Jama’ah seperti buku beliau Sifat Dua Puluh. Dalam karya beliau “az-Zahr al Basim fi Athwar Abi al Qasim”, hal.30, beliau mengatakan:
“…Tuhan yang maha suci dari pada jihah (arah)…”.




(( 3 ))

Syekh Muhammad Shaleh ibnu Umar as-Samaraniy yang dikenal dengan sebutan Kiai Shaleh Darat Semarang (W. 1321 H/sekitar tahun 1901). Beliau berkata dalam terjemah kitab al Hikam (dalam bahasa jawa), hlm.105, sebagai berikut:

“…lan ora arah lan ora enggon lan ora mongso lan ora werna”

Maknanya:”…dan (Allah Maha Suci) dari arah, tempat, masa dan warna”.









(( 4 ))

K.H.Muhammad Hasyim Asy’ari, Jombang, Jawa Timur pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdatul Ulama’ (W. 7 Ramadlan 1366 H/25 Juni 1947). Beliau menyatakan dalam Muqaddimah Risalahnya yang berjudul: “at-Tanbihat al Wajibat” sebagai berikut:

"وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ...".

Maknanya: “Dan aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, Dia maha suci dari berbentuk (berjisim), arah, zaman atau masa dan tempat…”.






(( 5 ))

K.H.Muhammad Hasan al Genggongi al Kraksani, Probolinggo (W. 1955), Pendiri Pondok pesantren Zainul Hasan, Probolinggo, Jawa Timur. Beliau menyatakan dalam risalahnya (Aqidah at-Tauhid), hlm.3 sebagai berikut:

وُجُوْدُ رَبِّيْ اللهِ أَوَّلُ الصِّفَاتْ بِلاَ زَمَانٍ وَمَكَانٍ وَجِهَاتْ

فَإِنَّهُ قَدْ كَـانَ قَبْلَ الأَزْمِـنَةْ وَسَائِرِ الْجِهَاتِ ثُمَّ الأَمْكِنَةْ

“Adanya Tuhanku Allah adalah sifat-Nya yang pertama, (ada) tanpa masa, tempat dan (enam) arah. Karena Allah ada sebelum semua masa, semua arah dan semua tempat”.









(( 6 ))

K.H.Raden Asnawi, Kampung Bandan-Kudus (W. 26 Desember 1959). Beliau menyatakan dalam risalahnya dalam bahasa Jawa “Jawab Soalipun Mu’taqad seket”, hlm.18, sebagai berikut:

“…Jadi amat jelas sekali, bahwa Allah bukanlah (berupa) sifat benda (yakni sesuatu yang mengikut pada benda atau ‘aradl), Karenanya Dia tidak membutuhkan tempat (yakni Dia ada tanpa tempat), sehingga dengan demikian tetap bagi-Nya sifat Qiyamuhu bi nafsihi” (terjemahan dari bahasa jawa)




(( 7 ))

K.H. Siradjuddin Abbas (W. 5 Agustus 1980/23 Ramadlan 1400 H). Beliau mengatakan dalam buku “Kumpulan Soal-Jawab Keagamaan”, hal. 25:


“…karena Tuhan itu tidak bertempat di akhirat dan juga tidak di langit, maha suci Tuhan akan mempunyai tempat duduk, serupa manusia”.





(( 8 ))

K.H. Djauhari Zawawi, Kencong, Jember (W.1415 H/20 Juli 1994), Pendiri Pondok Pesantren as-Sunniyah, Kencong, Jember, Jawa Timur. Beliau menyatakan dalam risalahnya yang berbahasa Jawa, sebagai berikut:

“…lan mboten dipun wengku dining panggenan...”, maknanya: “…Dan (Allah) tidak diliputi oleh tempat…” (Lihat Risalah: Tauhid al-‘Arif fi Ilmi at-Tauhid, hlm.3).







(( 9 ))

K.H. Choer Affandi (W.1996), pendiri P.P. Miftahul Huda, Manonjaya, Tasikmalaya, Jawa Barat. Beliau menyatakan dalam risalahnya dengan bahasa Sunda yang berjudul “Pengajaran ‘Aqaid al Iman”, hal. 6-7 yang maknanya:


”(Sifat wajib) yang kelima bagi Allah adalah Qiyamuhu binafsihi – Allah ada dengan Dzat-Nya, Tidak membutuhkan tempat – Dan juga tidak membutuhkan kepada yang menciptakan-Nya, Dalil yang menunjukkan atas sifat Qiyamuhu binafsihi, seandainya Allah membutuhkan tempat –Niscaya Allah merupakan sifat benda (‘aradl), Padahal yang demikian itu merupakan hal yang mustahil –Dan seandainya Allah membutuhkan kepada yang menciptakan-Nya, Niscaya Allah ta’ala (bersifat) baru -Padahal yang demikian itu adalah sesuatu yang mustahil (bagi Allah)”.


diambil dari "Allah ada tanpa tempat" on Facebook.
Link klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=112487915434793Lihat Selengkapnya